Rabu, 24 April 2013

Komplikasi pada Trimester I dan II


GANGGUAN DAN KOMPLIKASI PADA TRIMESTER
I DAN II
HYPEREMESIS GRAVIDARUM
Pada minggu-minggu awal kehamilan sesuatu hal yang wajar dan lumrah apabila ibu hamil mengeluh sering mual bahkan muntah atau yang biasa kita sebut dengan morning sickness. Kejadian ini dapat muncul pada 70-85% wanita hamil. Namun pada beberapa wanita keadaan mual dan muntah ini dapat terjadi dengan berlebihan dan terus menerus yang disebut dengan hiperemesis gravidarum (severe morning sickness). Insiden puncaknya sering ketika umur kehamilan 8-12 minggu dan biasanya dapat mereda pada umur kehamilan 20 minggu. Penyebab dari hiperemesis gravidarum tidak diketahui secara pasti tapi pada umumnya yang bisa menyebabkan keadaan seperti ini adalah ;
 (1) pada kehamilan yang pertama,
(2) mola hidatidosa (hamil anggur),
(3) kehamilan ganda,
(4) alergi sebagai salah satu respon dari jaringan ibu,
(5) psikologik ( seperti rumah tangga yang retak, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu).
 hiperemesis gravidarum perlu menjadi perhatian bagi ibu hamil suami dan keluarga terdekat dikarenakan  pada hiperemesis gravidarum  bisa menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi terjadi karena kekurangan asupan cairan dan keluarnya cairan dengan cara dimuntahkan. Dehidrasi ini menyebabkan cairan extraseluler dan plasma berkurang yang nantinya bisa terjadi hemokonsentrasi sehingga aliran darah ke jantung berkurang. hiperemesis gravidarum juga mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam darah. 
          Tanda-tanda awal yang bisa ketahui pada seorang ibu hamil itu mengarah ke hiperemesis gravidarum adalah muntah yang terus-menerus pada kehamilan muda sehingga mempengaruhi keadaan umum dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Nadi meningkat sekitar 100 kali permenit. tekanan darah menurun pada keadaan yang sangat berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma), bibir kering, kulit pucat, berat badan menurun. Pada ibu hamil dengan usia kehamilan masih di bawah 20 minggu jika menemui keadaan diatas segera datang ke pelayanan kesehatan terdekat
ANEMIA PADA KEHAMILAN
Anemia pada kehamilan masih sering dijumpai di Indonesia. Keadaan ini memang dapat disebabkan oleh adanya anemia sebelum kehamilan karena anemia pada perempuan, termasuk perempuan muda, masih cukup tinggi. Namun, anemia juga bisa terjadi akibat kehamilan.
Kehamilan dapat menimbulkan anemia karena saat hamil terjadi peningkatan volume darah sehingga sel darah merah relatif menjadi lebih rendah. Selain itu, berkurangnya asupan makanan karena mual dan muntah serta risiko perdarahan pada waktu persalinan juga akan meningkatkan risiko anemia.
Jika hemoglobin pada kehamilan trimester pertama di bawah 11 g/dL dan pada trimester kedua dan ketiga di bawah 10 g/dL, itu sudah dianggap anemia. Pengaruh keadaan anemia terhadap kehamilan bergantung pada derajat anemia.
Jika anemia ringan, mungkin pengaruhnya hampir tak ada. Namun, jika hemoglobin di bawah 6 g/dL, ibu akan merasa lekas lelah, bahkan dapat terjadi gangguan fungsi jantung.  Secara rutin biasanya pada kehamilan perlu diperiksa hemoglobin sehingga dapat dilakukan terapi. Penyebab anemia pada kehamilan yang sering adalah karena kurang besi.
Gejala anemia pada ibu hamil sama seperti anemia yang dialami orang dewasa, yaitu ibu menjadi tidak fit; lesu, lemah, letih, lelah, lalai (5L). Ibu hamil juga menjadi sering pusing, mata berkunang-kunang, bahkan sampai pingsan, mudah mengantuk, sesak napas, daya tahan tubuh menurun, dan mudah jatuh sakit.
Anemia sebaiknya tidak dibiarkan saja karena akibatnya bisa fatal, baik pada ibu maupun janinnya. Risiko yang terjadi antara lain keguguran, kelahiran prematur, persalinan lama, perdarahan pasca-melahirkan, bayi lahir dengan berat rendah, hingga kemungkinan bayi lahir dengan cacat bawaan.
Sayangnya, banyak ibu hamil kurang mengonsumsi zat besi, padahal zat besi dapat dipenuhi dari komposisi makanan yang bergizi dan seimbang. Untuk mencegah terjadinya anemia, biasanya dokter akan memberikan suplemen zat besi dengan asam folat. Namun, kalau sampai terjadi anemia berat, penanganan seperti transfusi darah mungkin saja diperlukan, tergantung dari bagimana kasusnya.




Batasan Anemia
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:
*      Tidak anemia dengan Hb lebih dari 11gr%
*      Anemia ringan dengan Hb 9-10gr%
*      Anemia sedang dengan Hb 7-8gr%
*      Anemia berat dengan Hb kurang dari 7gr%

Batasan Anemia (Menurut DEPKES RI)
Kelompok
Batas Normal Haemoglobin
Anak Balita
11 gram %
Anak Usia Sekolah
12 gram %
Wanita Dewasa
12 gram %
Laki-laki Dewasa
13 gram %
Ibu Hamil
11 gram %
Ibu Menyusui > 3 bulan
12 gram %


KLASIFIKASI ANEMIA DALAM KEHAMILAN.
Klasifikasi anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1.      Anemia Defisiensi Besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil, tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
2.      Anemia Megaloblastik adalah anemia karena kekurangan asam folat, jarang sekali terjadi anemia karena kekurangan Vitamin B12 dan Air
3.      Anemia Hipoplastik/Aplastik adalah anemia yang disebabkan oleh hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru.
4.      Anemia Hemolitik adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan.
5.      Anemia akibat gangguan fungsi Ginjal yaitu Gangguan atau gagal ginjal kronis dapat menyebabkan terjadi penurunan dari produksi eritropoetin (EPO), sehingga produksi sel darah merah pun akan menjadi turun.
6.      Anemia akibat Anormlitas sel darah merah atau Anemia Bulan Sabit (Sickle Cell) adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah berbentuk seperti bulan sabit, atau seperti huruf C. Sulit bagi sel darah merah berbentuk bulan sabit untuk melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh darah yang menyempit, karena sel darah merah ini akan tersangkut dan terjadilah penggumpalan, akibatnya umur sel darah merah menjadi terlampau pendek, yaitu sekitar 10 - 20 hari, sehingga sel darah merah yang beredar dalam tubuh akan selalu kekurangan.dan akan menimbulkan rasa sakit, infeksi serius, dan kerusakan organ tubuh.
7.      Anemia akibat Pengeluaran Darah yang Berlebih Perdarahan baik akut maupun kronis dapat mengakibatkan terjadinya anemia. contoh pada perdarahan akut, antara lain dapat disebabkan oleh trauma, persalinan, contoh pada perdarahan kronis antara lain, batuk darah kronis, menstruasi yang berkepanjangan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar