GANGGUAN DAN KOMPLIKASI PADA TRIMESTER
I DAN II
HYPEREMESIS
GRAVIDARUM
Pada
minggu-minggu awal kehamilan sesuatu hal yang wajar dan lumrah apabila ibu
hamil mengeluh sering mual bahkan muntah atau yang biasa kita sebut dengan morning
sickness. Kejadian ini dapat muncul pada 70-85% wanita hamil. Namun pada
beberapa wanita keadaan mual dan muntah ini dapat terjadi dengan berlebihan dan
terus menerus yang disebut dengan hiperemesis gravidarum (severe morning
sickness). Insiden puncaknya sering ketika umur kehamilan 8-12 minggu dan
biasanya dapat mereda pada umur kehamilan 20 minggu. Penyebab dari hiperemesis
gravidarum tidak diketahui secara pasti tapi pada umumnya yang bisa
menyebabkan keadaan seperti ini adalah ;
(1) pada kehamilan yang pertama,
(2) mola
hidatidosa (hamil anggur),
(3) kehamilan
ganda,
(4) alergi
sebagai salah satu respon dari jaringan ibu,
(5) psikologik
( seperti rumah tangga yang retak, takut terhadap kehamilan dan persalinan,
takut terhadap tanggung jawab sebagai ibu).
hiperemesis
gravidarum perlu menjadi perhatian bagi ibu hamil suami dan keluarga terdekat
dikarenakan pada hiperemesis gravidarum bisa
menyebabkan dehidrasi. Dehidrasi terjadi karena kekurangan asupan cairan dan
keluarnya cairan dengan cara dimuntahkan. Dehidrasi ini menyebabkan cairan
extraseluler dan plasma berkurang yang nantinya bisa terjadi hemokonsentrasi
sehingga aliran darah ke jantung berkurang. hiperemesis gravidarum juga
mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk keperluan
energi. Karena oksidasi lemak yang tidak sempurna terjadilah ketosis dengan
tertimbunnya asam aseton-asetik, asam hidroksi butirik dan aseton dalam
darah.
Tanda-tanda
awal yang bisa ketahui pada seorang ibu hamil itu mengarah ke hiperemesis
gravidarum adalah muntah yang terus-menerus pada kehamilan muda sehingga
mempengaruhi keadaan umum dan dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Nadi
meningkat sekitar 100 kali permenit. tekanan darah menurun pada keadaan yang
sangat berat, subfebril dan gangguan kesadaran (apatis-koma), bibir kering,
kulit pucat, berat badan menurun. Pada ibu hamil dengan usia kehamilan masih di
bawah 20 minggu jika menemui keadaan diatas segera datang ke pelayanan
kesehatan terdekat
ANEMIA PADA
KEHAMILAN
Anemia pada kehamilan masih sering dijumpai di
Indonesia. Keadaan ini memang dapat disebabkan oleh adanya anemia sebelum
kehamilan karena anemia pada perempuan, termasuk perempuan muda, masih cukup
tinggi. Namun, anemia juga bisa terjadi akibat kehamilan.
Kehamilan dapat
menimbulkan anemia karena saat hamil terjadi peningkatan volume darah sehingga
sel darah merah relatif menjadi lebih rendah. Selain itu, berkurangnya asupan
makanan karena mual dan muntah serta risiko perdarahan pada waktu persalinan
juga akan meningkatkan risiko anemia.
Jika hemoglobin pada kehamilan trimester
pertama di bawah 11 g/dL dan pada trimester kedua dan ketiga di bawah 10 g/dL,
itu sudah dianggap anemia. Pengaruh keadaan anemia terhadap kehamilan
bergantung pada derajat anemia.
Jika anemia
ringan, mungkin pengaruhnya hampir tak ada. Namun, jika hemoglobin di bawah 6
g/dL, ibu akan merasa lekas lelah, bahkan dapat terjadi gangguan fungsi
jantung. Secara rutin biasanya pada kehamilan perlu diperiksa hemoglobin
sehingga dapat dilakukan terapi. Penyebab anemia pada kehamilan yang sering
adalah karena kurang besi.
Gejala anemia
pada ibu hamil sama seperti anemia yang dialami orang dewasa, yaitu ibu menjadi
tidak fit; lesu, lemah, letih, lelah, lalai (5L). Ibu hamil juga menjadi sering
pusing, mata berkunang-kunang, bahkan sampai pingsan, mudah mengantuk, sesak
napas, daya tahan tubuh menurun, dan mudah jatuh sakit.
Anemia
sebaiknya tidak dibiarkan saja karena akibatnya bisa fatal, baik pada ibu
maupun janinnya. Risiko yang terjadi antara lain keguguran, kelahiran prematur,
persalinan lama, perdarahan pasca-melahirkan, bayi lahir dengan berat rendah,
hingga kemungkinan bayi lahir dengan cacat bawaan.
Sayangnya,
banyak ibu hamil kurang mengonsumsi zat besi, padahal zat besi dapat dipenuhi
dari komposisi makanan yang bergizi dan seimbang. Untuk mencegah terjadinya
anemia, biasanya dokter akan memberikan suplemen zat besi dengan asam folat.
Namun, kalau sampai terjadi anemia berat, penanganan seperti transfusi darah
mungkin saja diperlukan, tergantung dari bagimana kasusnya.
Batasan Anemia
Pemeriksaan dan pengawasan Hb dapat dilakukan dengan menggunakan alat
sahli. Hasil pemeriksaan Hb dengan sahli dapat digolongkan sebagai berikut:
Tidak anemia dengan Hb lebih dari 11gr%
Anemia ringan dengan Hb 9-10gr%
Anemia sedang dengan Hb 7-8gr%
Anemia berat dengan Hb kurang dari 7gr%
Batasan Anemia (Menurut DEPKES RI)
|
|
Kelompok
|
Batas Normal Haemoglobin
|
Anak Balita
|
11 gram %
|
Anak Usia Sekolah
|
12 gram %
|
Wanita Dewasa
|
12 gram %
|
Laki-laki Dewasa
|
13 gram %
|
Ibu Hamil
|
11 gram %
|
Ibu Menyusui > 3 bulan
|
12 gram %
|
KLASIFIKASI ANEMIA
DALAM KEHAMILAN.
Klasifikasi
anemia dalam kehamilan menurut Mochtar (1998), adalah sebagai berikut:
1.
Anemia Defisiensi Besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat
besi dalam darah. Pengobatannya yaitu, keperluan zat besi untuk wanita hamil,
tidak hamil dan dalam laktasi yang dianjurkan adalah pemberian tablet besi.
2.
Anemia Megaloblastik adalah anemia karena kekurangan asam folat, jarang
sekali terjadi anemia karena kekurangan Vitamin B12 dan Air
3.
Anemia Hipoplastik/Aplastik adalah anemia yang disebabkan oleh
hipofungsi sumsum tulang, membentuk sel darah merah baru.
4.
Anemia Hemolitik adalah anemia yang disebabkan penghancuran atau
pemecahan sel darah merah yang lebih cepat dari pembuatannya. Gejala utama
adalah anemia dengan kelainan-kelainan gambaran darah, kelelahan, kelemahan.
5.
Anemia akibat gangguan fungsi Ginjal yaitu Gangguan atau gagal ginjal
kronis dapat menyebabkan terjadi penurunan dari produksi eritropoetin (EPO),
sehingga produksi sel darah merah pun akan menjadi turun.
6.
Anemia akibat Anormlitas sel darah merah atau Anemia Bulan
Sabit (Sickle Cell) adalah kondisi serius di mana sel-sel darah merah
berbentuk seperti bulan sabit, atau seperti huruf C. Sulit bagi sel darah merah
berbentuk bulan sabit untuk melewati pembuluh darah terutama di bagian pembuluh
darah yang menyempit, karena sel darah merah ini akan tersangkut dan terjadilah
penggumpalan, akibatnya umur sel darah merah menjadi terlampau pendek, yaitu
sekitar 10 - 20 hari, sehingga sel darah merah yang beredar dalam tubuh akan
selalu kekurangan.dan akan menimbulkan rasa sakit, infeksi serius, dan
kerusakan organ tubuh.
7.
Anemia akibat Pengeluaran Darah yang Berlebih Perdarahan baik akut
maupun kronis dapat mengakibatkan terjadinya anemia. contoh pada perdarahan
akut, antara lain dapat disebabkan oleh trauma, persalinan, contoh pada
perdarahan kronis antara lain, batuk darah kronis, menstruasi yang
berkepanjangan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar