KES REPRODUKSI WANITA
BAB 1
Pendahuluan
A.Latar Belakang Masalah
Pembangunan kesehatan
bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan masyarakat. Demi tercapainya
derajat kesehatan yang tinggi, maka wanita sebagai penerima kesehatan, anggota
keluarga dan pemberi pelayanan kesehatan harus berperan dalam keluarga, supaya
anak tumbuh sehat sampai dewasa sebagai generasi muda.
Berbagai hal tentang upaya
mewujudkan status kesehatan yang lebih baik dan indikator kualitas sumber daya
manusia tersebut secara tidak langsung . kesehatan oleh wanita ternyata lebih
tinggi dari pada laki-laki karena daerah dibidang kesehatan berdasarkan
kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
peraturan penyehatan lingkungan dan perbaikan status gizi dengan indikator yang
berpengaruh terhadap penghasilan penduduk.
B.Tujuan
Khusus
Melengkapi
tugas dari dosen yang bersangkutan.
Umum
Untuk
menambah wawasan mengenai Kesehatan Reproduksi mengenai Status Kesehatan
Wanita.
Untuk
memehami dan mengetahui tentang Kesehatan Reproduksi yang berhubungan dengan
Status Kesehatan Wanita.
BAB II
Pembahasan
A.Defenisi
Berdasarkan Konferensi
Wanita sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995 dan Koperensi Kependudukan dan
Pembangunan di Cairo tahun 1994 sudah disepakati perihal hak-hak reproduksi
kesehtan wanita tersebut. Dalam hal ini (Cholil,1996) menyimpulkan bahwa terkandung
empat hal pokok dalam reproduksi kesehtan wanita yaitu :
1.
Kesehatan reproduksi dan seksual (reproductive and sexual health)
2.
Penentuan dalam keputusan reproduksi (reproductive decision making)
3.
Kesetaraan pria dan wanita (equality and equity for men and women)
4.
Keamanan reproduksi dan seksual (sexual and reproductive security)
Adapun definisi tentang
arti kesehatan reproduksi yang telah diterima secara internasional yaitu :
sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal
yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses reproduksi.
Selain itu juga disinggung
hak produksi yang didasarkan pada pengakuan hak asasi manusia bagi setiap
pasangan atau individu untuk menentukan secara bebas dan bertanggung jawab
mengenai jumlah anak, penjarakan anak, dan menentukan kelahiran anak mereka.
B.Indikator-Indikator Permasalahan Kesehtan pada Wanita
Indikator Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita:
Dalam pengertian kesehatan
reproduksi secara lebih mendalam, bukan semata-mata sebagai pengertian klinis
(kedokteran) saja tetapi juga mencakup pengertian sosial (masyarakat). Intinya
kesehatan secara menyeluruh bahwa kualitas hidupnya sangat baik.
Namun, kondisi sosial dan
ekonomi terutama di negara-negara berkembang yang kualitas hidup dan kemiskinan
memburuk, secara tidak langsung memperburuk pula kesehatan reproduksi wanita
dan Indikatornya adalah:
1.
Jender, adalah peran masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelamin
menurut budaya yang berbeda-beda. Jender sebagai suatu kontruksi sosial
mempengaruhi tingkat kesehatan, dan karena peran jender berbeda dalam konteks
cross cultural berarti tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda.
2. Kemiskinan, antara lain
mengakibatkan:
Makanan
yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi
Persediaan
air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang tidak layak.
Tidak
mendapatkan pelayanan yang baik.
3. Pendidikan yang rendah.
Kemiskinan mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan.
Kesempatan untuk sekolah tidak sama untuk semua tetapi
tergantung dari kemampuan membiayai.Dalam situasi kesulitan biaya biasanya anak
laki-laki lebih diutamakan karena laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah
utama dalam keluarga.
Dalam hal ini bukan indikator kemiskinan saja yang
berpengaruh tetapi juga jender berpengaruh pula terhadap pendidikan,tingkat
pendidikan ini mempengaruhi tingkat kesehatan. Orang yang berpendidikan
biasanya mempunyai pengertian yang lebih besar terhadap masalah-masalah
kesehatan dan pencegahannya,minimal dengan mempunyai pendidikan yang memadai
seseorang dapat mencari liang, merawat diri sendiri, dan ikut serta dalam
mengambil keputusan dalam keluarga dan masyarakat.
4. Kawin muda
Di negara berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada
wanita masih banyak terjadi (biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak
kebudayaan yang menganggap kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak
laku. Ada juga karena faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan
anaknya agar lepas tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada
suaminya. Ini berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat
persalinan.
Di samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih
besar dari wanita yang menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus
sekolah, pada akhirnya akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan
pengambilan keputusan.
5. Kekurangan gizi dan
Kesehatan yang buruk.
Menurut WHO di negara
berkembang terrnasuk Indonesia diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak
sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun
berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami dan anak laki-laki mendapat porsi
yang banyak dan terbaik dan terakhir sang ibu memakan sisa yang ada.
Wanita sejak ia mengalami
menstruasi akan membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria untuk mengganti
darah yang keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi yaitu 3 kali
lebih besar dari kebutuhan pria,disamping itu wanita juga membutuhkan zat
yodium lebih banyak dari pria, kekurangan zat ini akan menyebabkan gondok yang
membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun mental.
Wanita juga sangat rawan
terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit menular seksual, karena pekerjaan
mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan pria. Salah satu situasi yang
rawan adalah, pekerjaan wanita yang selalu berhubungan dengan air, misalnya mencuci,
memasak, dan sebagainya. Seperti diketahui air adalah media yang cukup
berbahaya dalam penularan bakteri penyakit.
6.
Beban Kerja yang berat.
Wanita bekerja jauh lebih
lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di seluruh dunia
rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita mempunyai sedikit
waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis, stress, dan
sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu.
C.Mengidentifikasi indicator status kesehatan wanita.
Mengidentifikasi indicator status kesehatan wanita
sebagai berikut:
1.Pendidikan.
2.Penghasilan
3.Usia harapan hidup
4.Angka kematian ibu
5.Tingkat kesuburan
Ditahun 2011 tingkat
pendidikan dan pendapatan merupakan indikator penting yang berkaitan dengan
status kesehatan karena indikator tersebut tampaknya sebanyak 660.570
jiwa, sedangkan wanita usia subur (15-39 tahun) sebanyak. 3.196.480
jiwa,berarti probabilitas wanita dengan status kesehatan rendah.
Hubungan antara obesitas
berdasarkan klasifikasi indeks massa tubuh dengan kejadian indikator total
harapan dikurangi dengan total analisis pengaruh upah, dana pensiun dan
penghasilan tidak kena pajak terhadap artikel terkait yang merupakan indikator
komposit status kesehatan yang dilihat dari menengah, tinggi, serta taraf
perekonomian penduduk yang diukur dengan pendapatan kawin dengan 2 anak, 75
persen wanita kawin dengan 3-4 anak hidup dengan adanya:
Terkait terhadap pelayanan sosial dasar,
Pendidikan
Informasi
layanan kesehatan
Pekerjaan rumah tangga yang diukur berdasarkan ragam pangan, pendapatan
dan basis.
Perlu digunakan indikator lain yang merefleksikan status
wanita dalam rumah dan status kesehatan keluarga wanita
Indikator perilaku hidup
sehat yang berhubungan dengan pendapatan keluarga yaitu:
penggunaan layanan kesehatan
pendapatan keluarga
Biaya
Berbagai hal tentang upaya
mewujudkan status kesehatan yang lebih baik dan indikator kualitas sumber daya
manusia tersebut secara tidak langsung karna kesehatan oleh wanita
ternyata lebih tinggi dari pada laki-laki karena daerah dibidang kesehatan
berdasarkan kewenangan yang dimiliki pemerintah daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan- peraturan penyehatan lingkungan dan perbaikan status gizi dan
berpengaruh terhadap penghasilan penduduk. akan tetapi, pesatnya 73,47
tahun (wanita) morbiditas merangkum berbagai indikator ketahanan pangan rumah
tangga dalam sebuah pangan (intik energi) atau status gizi individu (khususnya
wanita hamil dan peningkatan pendapatan akan berpengaruh terhadap perbaikan
kesehatan dan indikator, metode pengumpulan dan sumber informasinya.
Persen wanita duduk di
sekolah menengah pertama atau tingkat yang lebih tinggi. bahwa keluarga miskin
dapat memiliki anak dengan status kesehatan dan gizi yang berhubungan dengan
pola pendapatan dan/atau pengeluaran rumahtangga
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Definisi tentang arti
kesehatan reproduksi yang telah diterima secara internasional yaitu : sebagai
keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam segala hal yang
berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses reproduksi.
Identifikasi indicator status kesehatan wanita adalah
sebagai berikut:
1.Pendidikan.
2.Penghasilan
3.Usia harapan hidup
4.Angka kematian ibu
5.Tingkat kesuburan
AdapunIndikator Permasalahan Kesehatan Reproduksi Wanita Adalah Sebagai
Berikut:
1.Jender
2.Kemiskinan
3.Pendidikan yang rendah
4.Kawin muda
5.Kekurangan gizi dan kesehatan yang buruk
6.Beban krrja yang berat
B.Saran
Setelah dibahas kesehatan reproduksi tentang status kesehatan wanita dan
indikator-indikator permasalahan reproduksipada wanita, semoga pembaca dapat
memahami mengenai hal tersebut dan semoga dapat diambil hikmah nya.
DAFTAR PUSTAKA
WWW.Geogle/Status kesehatan wanita.
KONSEP PEMIKIRAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI WANITA(NS. NUR MEITY S.A
S, KEP).
Artikel Rebecca - 2005
INDIKATOR KESEHATAN WANITA
A. Definisi Kesehatan Reproduksi Wanita.
Berdasarkan
Konferensi Wanita sedunia ke IV di Beijing pada tahun 1995 dan Koperensi
Kependudukan dan Pembangunan di Cairo tahun 1994 sudah disepakati perihal
hak-hak reproduksi tersebut. Dalam hal ini (Cholil,1996) menyimpulkan bahwa
terkandung empat hal pokok dalam reproduksi wanita yaitu :
1. Kesehatan reproduksi dan seksual (reproductive and
sexual health)
2. Penentuan dalam keputusan reproduksi (reproductive
decision making)
3. Kesetaraan pria dan wanita (equality and equity for
men and women)
4. Keamanan reproduksi dan seksual (sexual and
reproductive security)
Adapun definisi
tentang arti kesehatan reproduksi yang telah diterima secara internasional
yaitu : sebagai keadaan kesejahteraan fisik, mental, sosial yang utuh dalam
segala hal yang berkaitan dengan sistim, fungsi-fungsi dan proses reproduksi.
Selain itu juga disinggung hak produksi yang didasarkan pada pengakuan hak
asasi manusia bagi setiap pasangan atau individu untuk menentukan secara bebas
dan bertanggung jawab mengenai jumlah anak, penjarakan anak, dan menentukan
kelahiran anak mereka.
B. Indikator-indikator kesehatan
reproduksi wanita di Indonesia antara lain:
- Jender
adalah peran
masing-masing pria dan wanita berdasarkan jenis kelamin menurut budaya yang
berbeda-beda. Jender sebagai suatu kontruksi sosial mempengaruhi tingkat
kesehatan, dan karena peran jender berbeda dalam konteks cross cultural berarti
tingkat kesehatan wanita juga berbeda-beda.
- Kemiskinan, antara lain mengakibatkan:
- Makanan yang tidak cukup atau makanan yang kurang gizi
- Persediaan air yang kurang, sanitasi yang jelek dan perumahan yang tidak layak.
- Tidak mendapatkan pelayanan yang baik.
- Pendidikan yang rendah
Kemiskinan
mempengaruhi kesempatan untuk mendapatkan pendidikan. Kesempatan untuk sekolah
tidak sama untuk semua tetapi tergantung dari kemampuan membiayai. Dalam
situasi kesulitan biaya biasanya anak laki-laki lebih diutamakan karena
laki-laki dianggap sebagai pencari nafkah utama dalam keluarga. Dalam hal ini
bukan indikator kemiskinan saja yang berpengaruh tetapi juga jender berpengaruh
pula terhadap pendidikan. Tingkat pendidikan ini mempengaruhi tingkat
kesehatan. Orang yang berpendidikan biasanya mempunyai pengertian yang lebih
besar terhadap masalah-masalah kesehatan dan pencegahannya. Minimal dengan
mempunyai pendidikan yang memadai seseorang dapat mencari liang, merawat diri
sendiri, dan ikut serta dalam mengambil keputusan dalam keluarga dan
masyarakat.
4. Kawin muda
Di negara
berkembang termasuk Indonesia kawin muda pada wanita masih banyak terjadi
(biasanya di bawah usia 18 tahun). Hal ini banyak kebudayaan yang menganggap
kalau belum menikah di usia tertentu dianggap tidak laku. Ada juga karena
faktor kemiskinan, orang tua cepat-cepat mengawinkan anaknya agar lepas
tanggung jawabnya dan diserahkan anak wanita tersebut kepada suaminya. Ini
berarti wanita muda hamil mempunyai resiko tinggi pada saat persalinan. Di
samping itu resiko tingkat kematian dua kali lebih besar dari wanita yang
menikah di usia 20 tahunan. Dampak lain, mereka putus sekolah, pada akhirnya
akan bergantung kepada suami baik dalam ekonomi dan pengambilan keputusan.
5. Kekurangan gizi dan Kesehatan yang
buruk
Menurut WHO di
negara berkembang terrnasuk Indonesia diperkirakan 450 juta wanita tumbuh tidak
sempurna karena kurang gizi pada masa kanak-kanak, akibat kemiskinan. Jika pun
berkecukupan, budaya menentukan bahwa suami dan anak laki-laki mendapat porsi
yang banyak dan terbaik dan terakhir sang ibu memakan sisa yang ada. Wanita
sejak ia mengalami menstruasi akan membutuhkan gizi yang lebih banyak dari pria
untuk mengganti darah yang keluar. Zat yang sangat dibutuhkan adalah zat besi
yaitu 3 kali lebih besar dari kebutuhan pria. Di samping itu wanita juga
membutuhkan zat yodium lebih banyak dari pria, kekurangan zat ini akan
menyebabkan gondok yang membahayakan perkembangan janin baik fisik maupun
mental. Wanita juga sangat rawan terhadap beberapa penyakit, termasuk penyakit
menular seksual, karena pekerjaan mereka atau tubuh mereka yang berbeda dengan
pria. Salah satu situasi yang rawan adalah, pekerjaan wanita yang selalu
berhubungan dengan air, misalnya mencuci, memasak, dan sebagainya. Seperti
diketahui air adalah media yang cukup berbahaya dalam penularan bakteri
penyakit.
6. Beban Kerja yang berat
Wanita bekerja
jauh lebih lama dari pada pria, berbagai penelitian yang telah dilakukan di
seluruh dunia rata-rata wanita bekerja 3 jam lebih lama. Akibatnya wanita
mempunyai sedikit waktu istirahat, lebih lanjut terjadinya kelelahan kronis,
stress, dan sebagainya. Kesehatan wanita tidak hanya dipengaruhi oleh waktu.
7. Usia harapan hidup
Usia
harapan hidup (Life Expectancy Rate) merupakan lama hidup manusia di dunia. Usia harapan hidup perempuan lebih tinggi
dibandingkan laki-laki. Harapan hidup penduduk Indonesia
mengalami peningkatan jumlah dan proporsi sejak 1980. Harapan hidup perempuan adalah 54 tahun pada 1980, kemudian 64,7 tahun pada
1990, dan 70 tahun pada 2000.
Meningkatnya
usia harapan hidup penduduk Indonesia membawa implikasi bertambahnya jumlah lansia. Berdasarkan data,
wanita Indonesia yang memasuki masa menopause saat ini
semakim meningkat setiap tahunnya. Meningkatnya jumlah itu sebagai akibat bertambahnya populasi penduduk usia lanjut dan tingginya usia
harapan hidup diiringi membaiknya derajat kesehatan
masyarakat.
8. Penghasilan
9. Angka kematian ibu
Angka kematian
ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan gangguan kehamilan atau
penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus insidentil) selama
kehamilan, melahirkan dan dalam masa nifas (42 hari setelah melahirkan) tanpa
memperhitungkan lama kehamilan per 100 000 kelahiran hidup. AKI diperhitungkan
pula pada jangka waktu 6 minggu hingga setahun setelah melahirkan.
Indikator ini
dapat dilakukan pada daerah yang kelahiran hidupnya minimal 100.000. Bagi yang
< 100.000 kelahiran hidup dianjurkan untuk menghitung jumlah absolute
kematian ibu saja atau menggunakan indicator antara misalnya persalinan tenaga
kesehatan.
Indikator ini
secara langsung digunakan untuk memonitor kematian terkait dengan kehamilan.
AKI dipengaruhi oleh beberapa faktor termasuk status kesehatan secara umum,
`pendidikan dan pelayanan selama kehamilan dan melahirkan.
Definisi
Operasionalnya adalah Kematian Ibu Kematian yang terjadi pada ibu karena
peristiwa kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Sumber datanya dapat diperoleh
dari Survey dan atau Catatan kematian Ibu hamil atau melahirkan pada bidan,
dokter atau sarana kesehatan
10. Tingkat kesuburan
C. Faktor-faktor yang mempengaruhi indicator
kesehatan reproduksi wanita
1. Sosial ekonomi
2. Personality
3. Psikologi
4. Pelayanan kesehatan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar